Rabu, 17 Desember 2014

Karya-Ku

KOTA TANPA KATA DAN AIR MATA
TOKOH
Wanita : banyak keinginan dan harapan
Nenek :wanita tua renta, masih nampak jelas dulunya cantik. Yang merindukan perbincangan bukan sekedar sms.
Lelaki  : hanya memberi harapan palsu.

Babak 1
Di stasiun terlihat gurat-gurat para penunggu peron, bangku-bangku kusam, penjual asongan yang renta lalu lalang orang dengan wajah yang perih, kecewa berkarat dengan sakit pecah di dada, petugas tiket yang monoton dalam kehidupannya.
Di Ruang tunggu suara jarum jam berbunyi tik tok menguji kesabaran seorang wanita. Nampaklah nenek tua yang memakai baju gamis dengan gerlap keemasan bersulam bunga mawar . Dia duduk sendirian. Seorang wanitapun turut menghampiiri.
Wanita :
(senyum di bibirnya, membalas sapaan nenek)
Nenek            :
“Kemarilah, Nak. Siapa yang kamu tunggu, kenangankah?” (sambil tersenyum manis)
Wanita :
(hanya diam membisu, merenungi pertanyaan yang terlontar dari mulut nenek)
Nenek            :
“Saya kemari dan setiap hari duduk disini, tidak menunggu siapapun atau mau pergi ke suatu tempat. Tempat ini membuat saya merasa masih manusia. Saya ingin bercakap dengan manusia. Disinilah saya masih mendengar suara manusia. Paling tidak suara pengumuman dari petugas ketika setiap kereta mau datang dan pergi. Ayolah nak, kita bercakap tentang apa saja, dengan suara dan dengan mata.” (sambil memohon memegang tangan wanita)

Wanita :
(Hanya mendengar tanpa merespon, tetap dalam kekakuannya)
Nenek            :
 “Kapan kamu terakhir ke sini, Nak?” (bertanya lagi dengan penuh penasaran)
Wanita :
“Lima belas tahun yang lalu, saat putik-putik kamboja di kampungku mulai berbunga, dan rembulan menjadi dua kali lebih besar dari biasanya.” (sambil menerawang di kehidupan masa lalunya)
Nenek            :
“ Hahaha…saat itu saya pun masih bercakap dan menyapa satu-satunya anak lelakiku dan suamiku juga masih setiap hari meyapaku dengan suaranya. Tapi mata dan suara sekarang telah hilang di kota ini.
(gelak tawa yang seperti mengece)
Wanita :
(tetap dalam keadaan diam tetapi menyimak)
Nenek            :
Bahkan SMS itu sudah merenggut orang-orang yang aku cintai. Aku ada di depan mereka, tetapi aku tidak ada. Aku akan ada justru ketika aku tidak ada di depan mereka. SMS mreka akan mencariku. Pulanglah. Kalau yang kamu cari adalah hati yang mencintaimu dan itu keluar dari sebuah suara dan mata, lupakanlah. Sudah hilang di kota ini mata dan suara yang akan menyapamu hanya untuk sekedar mengucap salam “selamat pagi” atau “apa kabar”.
Wanita :
(hanya diam, tidak menjawab. Langkah kakinya pun akan melangkah meninggalkan nenek itu)
Nenek            :
“Kalau kamu keluar dari stasiun ini, kamu akan menyesal, karena kamu akan mendengar detak jantung yang tersunyi dan lolongan kesedihan tanpa suara berdenyut di setiap nadi orang-orang yang kamu temui. Hidup dengan kelelahan yang sakit. Hidup tanpa suara apa-apa. Suara dan mata telah lama hilang dari kerongkongan dan hati. Sudahlah, Nak, jangan buang setiap detik kesempatan untuk bersuara dengan manusia hanya untuk pergi ke luar stasiun ini dan menyapa senyap di luar sana. “ (menahan langkah kaki wanita)
Wanita :
“Aku pergi dulu nek, sudah ada orang yang menungguku di luar sana.”  (melangkahkan kaki meninggalkan nenek yang kesepian dan sendirian di ruang tunggu)
Nenek            :
“ aku menunggumu di sini, Nak. Aku yakin kamu akan memilih kembali menemuiku daripada harus berhadapan dengan hati-hati yang sunyi dan mata –mata yang penat di luar sana.” (teriak nenek yang sangat kencang)
Wanita :
(Tetap berjalan tanpa meghiraukan nenek)
Babak 2
Menyusuri setiap jalan yang ada. Halte-halte menjadi penuh. Bunyi klakson dan deru motor yang bertalu-talu. Wanita itu naik ke dalam bis yang banyak penumpangnya.
Wanita :
“aku rasa nenek tadi hanya sedang kesepian dan pikun.” (berdumel sambil melangkahkan kaki masuk ke dalam bis)
Kondektur
“Silakan neng, masih ada bangku kosong.” (sambil menunjukan bangku kosong untuk duduk)
Wanita :
“ya, pak terima kasih (memandang di dalam bis, tak ada suara obrolan orang sama sekali. Hanya musik mp3 yang mengiringi perjalanan itu. )
“Ini bis apa di dalam kuburan yah, kok sepi banget. Semua orang pada sibuk dengan Hp yang di genggamnya. (dengan nada pelan , berdumel melihat di sekitarnya semua penumpang yang menggeraknya jemari di Hpnya dan memakai earphone di telinga sambil mengangguk-angguk)


Babak 3
Wanita dan seorang lelaki duduk di restoran. Di sudut ruangan sebuah keluarga yang sangat lengkap. Ayah, ibu, anak beserta baby sitter. Keluarga tersebut sibuk dengan masing-masing. Seorang istri yang sedang berkirim sms, suami yang mungkin asyik mencumbu kekasih gelapnya lewat SMS. Baby sitter yang menenangkan anaknya yang sedang menangis. Pelayan pun juga memainkan Hpnya.
Wanita :
“sudah lamakah kamu menungguku?”
Lelaki :
“Tidak kok, ya sekitar 5 menitan.” ( sambil melirik jam tangan )
Wanita :
“Owh…” (hanya tersenyum, bingung mau menanyakan apa)
Lelaki :
“Iya, mau pesan apa?” (sambil membuka daftar menu minuman)
Wanita :
“terserah kamu aja”
Lelaki :
(sang pelayan datang menghantarkan pesanan) “Silakan diminum dulu”
Wanita :
Iya (hanya mengangguk, sedangkan  melihat lelaki itu tak berani berbicara ia hanya menundukkan kepala mulai memainkan jarinya di hp)
Lelaki :
“aku pergi dulu ya, masih ada suatu yang aku kerjakan. (meninggalkan seorang wanita sendiri pergi)


Wanita :
“Harapan adalah ibu yang melahirkan kekecewaan, tak ada kata apa-apa setelah sekian lama tak bertemu. Padahal aku ingin mendengar semua ceritanya. Benar yang dikatakan nenek tadi bahwa sekarang menemukan suara dan mata itu sangat sulit. (meninggalkan restoran dengan rasa kecewa )
“Aku akan menemui nenek yang ada di stasiun, semua yang dikatakan benar” (berlari dengan kencang dengan sebuah kerinduan yang mendalam)
Babak 4
Nenek itu masih di ruang tunggu stasiun, sedang bercakap gembira dengan seorang penunggu kereta di bangku peron.
Nenek :
Ah, kesinilah…bergabunglah bersama kami. Kita bisa saling bicara tentang bunga rumput yang selalu kuat menyimpan kemarau, atau sekedar bicara tentang apa warna mimpimu nanti malam. Bicara apa saja tidak jadi soal, asal dengan suara dan mata” (mengulurkan tangan ke wanita itu )
Wanita :
Iya nek, karena tanpa tatapan mata, suara tidak akan bisa terdengar oleh hati dan tanpa suara maka kejernihan hati tidak bisa dilihat oleh jiwa. (tersenyum bahagia)

SELESAI










Tidak ada komentar:

Posting Komentar